21 Februari 2009

Mengurus Oma

5 hari setelah New Year, Oma datang ke rumah baru kami untuk merasakan kesejukan dari alam pegunungan di sekitarnya.
Aku kagum kalo mengingat ‘kehebatan’ Oma di masa mudanya. Meskipun bukan atlet, tapi Oma adalah perenang & petenis yang hebat. Oma juga pedansa yang baik & Oma fasih berbahasa Jepang & bahkan pernah memberikan kursus Nihon go ke teman2 kantornya yang pada saat itu akan pindah di Jepang.
Oma memberikan The Encyclopedia of Japanese Language_Complete Course of Japanese Conversation-Grammar sebagai hadiah untuk pertunanganku. Saat itu kami amat terharu. Arigatou ne obaachan..

Omaku kini berusia 80 tahun. Dan 80% dari seluruh aktifitasnya harus dibantu oleh orang lain, mulai dari bangun dan berjalan 5 langkah dari tempat tidur menuju kursi roda, makan, minum, mandi, berganti pakaian sampai urusan ke ‘belakang’. Sisanya 20% hal yang bisa oma lakukan sendiri yaitu minum dari gelas yang dilengkapi dengan penutup & sedotan, menonton TV; favoritnya yaitu tayangan berita, menonton film Jepang :) dan membaca.
Walaupun secara fisik terlihat lemah, saat ini tanpa alat bantu Oma masih memiliki indra penglihatan & pendengaran yang baik. Hebatnya lagi ingatannyapun masih bagus. Seperti pagi itu Oma bilang ke aku, bahwa waktu aku lahir & di telapak kaki kananku ada tanda lahirnya, alm. Papaku bilang ke Oma ‘pasti anakku ini kelak akan berkeliling dunia’. Dan Puji Tuhan aku memang telah diberikan kesempatan untuk berkunjung ke negara lain & sebentar lagi akan stay di negaranya suamiku.

Ngurusin Oma sama saja dengan ngurusin bayi kali ya?? Cuman bobotnya yang lebih berat & pampers yang tentunya lebih besar pula. Tapi Oma amat cooperative, seperti saat pampersnya berasa uda full, dia info tuk minta digantiin dan syukurlah pada saat pengen ‘berurusan’ dengan toilet, dia pasti info dengan segera.

Disuatu pagi, sehabis nyuapin Oma dengan sepotong cake coklat, aku ninggalin Oma di depan TV yang sedang menayangkan berita pagi. Dari teras aku dengar suara kursi roda yang bergerak. Aku buru2 masuk untuk nengok keaadaan Oma, karena selama ini Oma gak berani untuk menggerakkan kursi rodanya sendiri. Dan ternyata oh ternyata, aku nemuin Oma sedang memegang sepotong cake coklat yang tadi kuletakin di atas meja di hadapannya & sedang memakannya dengan terburu-buru. Langsung aja tawaku pecah, abisnya selama ini Oma gak bisa ngambil & makan sendiri. Aku ledekin, Oma sekarang da jadi ‘panjang tangan’ niih ;)

Menu Oma amat aku perhatiin selama Oma denganku. Karena Oma menderita hipertensi, jadinya semua makanan hasil olahan dalam kemasan & bumbu penyedap jadi pantangan dariku untuk Oma. Aku perbanyak dengan sayuran, buahan & ikan juga tempe. Aku sampe harus nanya bolak balik ke ‘om Gugel’ bout menu tuk penderita hipertensi.

Yang buatku sedih sepertinya kata favorit Oma saat ini yaitu CAPEK... Kalo baring..capek, jalan dari tempat tidur ke kursi roda..capek, makan bubur..capek, nonton TV..capek, membaca..capek, pa lagi waktu di toilet..capeeekk.
Ternyata diperlukan kesabaran untuk menghadapi lansia seperti Oma supaya kita gak ikut ketularan bilang..CAPEK.. Semoga demikian.

08 Februari 2009

Ziarah Ke Makam Keluarga










Bulan September saat peralihan dari musim panas (natsu) ke gugur (aki), keluarga2 di Jepang biasanya ziarah ke makam keluarga. Di awal minggu ke-3 aku, Okaasan & tantenya Okaasan pergi ke makam kakek, ayahnya Okaasan & di pertengahan minggu ke-3 aku, Okaasan, Otoosan & adiknya Otoosan pergi ke makam orangtuanya Otoosan. Dalam satu makam biasanya terdiri dari abu serta tulang dari beberapa anggota keluarga. Dan nama2nya tercatat di batu besar yang ada di dekat nisan.

Sebelumnya kita mampir beli bunga. Oya, dari rumah kita da bawa perlengkapan kebun: sarung tangan & gunting, juga bawa kue2, buah2an, ocha (teh hijau jepang) juga dupa.
Di dekat pintu masuk, kita bisa minjem ember & gayung kecil yang terbuat dari kayu serta sapu ijuk.
Waktu sampai, kita langsung bersih2, ngebentuk bonsai & nyabutin tumbuhan liar di sekitaran makam. Seperti di tempat lain di seantero Jepang, tempat sampah yang tersedia di kompleks ini juga da dibagi menurut jenisnya, sampah kaleng, plastik & tumbuhan.


Tempat sampah


Setelah bersih, batu nisan juga disiram dengan air kemudian dipasangin dupa, bunga & letakin kue2, buah juga Ocha (teh hijau Jepang). Lalu satu persatu anggota keluarga mulai dari yang tertua maju dan berjongkok di depan nisan sambil memanjatkan doa2, aku dapat giliran paling akhir. Setelah itu, kue, buah & Ocha tadi kita makan & minum bersama-sama.


Public toiletnya tetep canggih punya

Sancta Maria Kodaira Chatolic Church




Kaget juga ngeliat Gereja di pagi itu bangkunya hanya 30% terisi. Yang datang 80% berusia kira2 di atas 45 tahun (Nihon jin), sisanya orang muda dari Korea, Cina, aku+loveku tentunya. Para misdinar yang membantu Pastor selama Misa juga tidak tampak.

Misa bahasa Jepang pertamaku, 21 Sep ‘08 jam 07:00 di Sta. Maria-Kodaira membuatku kurang bisa ngikutin karena (again..) masalah bahasa L Saat itu aku jadi lebih memahami perasaan loveku waktu dia ngikutin Misa berbahasa Indonesia, althougt Indonesia go-nya da faseh, tapi tata bahasa yang dipakai pada saat Misa tetep aja bikin dia ‘disconnect’. Kesamaan kita berdua dengan situasi di atas yaitu kita bisa nyanyi, karena ada buku nyanyian pastinya : )

Di sini buku nyanyian da tersedia di dalam Gereja, jadi tidak dibawa dari rumah seperti di Indonesia, bawa Puji Syukur/Madah Bakti masing2.

Di tengah-tengah Misa, gempa mengguncang, sampai2 jendela & pintu berderik-derik buatku panik. Pada saat aku da dalam posisi tegak di kursi, ngedekap tas tanganku & sepertinya da siap tuk lari, aku ngeliat kiri, kanan, loveku ko pada gak bergeming sedikitpun yaa?? Ya, hanya seorang ibu yang berjalan menutup pintu & jendela untuk mengurangi suara berisik yang tercipta. Pffhhh, malu BGT, alias malu banget, Nihon jin mang da familiar ma gempa kali ya, ato akunya yang kurang percaya padahal sedang ada di rumah Tuhan..

Selesai Misa kita sempatin pota-poto di sekitaran Gereja.